Sejarah Perkembangan PASKIBRAKA
Beberapa hari menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI pertama,
Presiden Soekarno memberi tugas kepada ajudannya, Mayor M. Husein
Mutahar untuk mempersiapkan upacara peringatan Detik – detik Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1946, di halaman Istana Presiden Gedung
Agung Yogyakarta.
Saat itulah muncul gagasan dari Mutahar untuk
membentuk kelompok-kelompok pengibar bendera pusaka, yang diawali oleh
lima orang pemuda-pemudi pada tahun 1946 – yang melambangkan Pancasila.
Kemudian sejak tahun 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para
pemuda utusan daerah dengan sebutan “Pasukan Penggerek Bendera Pusaka”.
Baru pada tahun 1973 nama PASKIBRAKA lahir hasil dari pemikiran Idik
Sulaeman yang merupakan tangan kanan Husein Mutahar. Bahkan Idik juga
menciptakan seluruh atribut yang sampai sekarang dapat dilihat dalam
seragam Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian seragam, Lambang
Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka dan Tanda Pengukuhan.
Bentuk Seragam
Sebelum tahun 1981, bentuk pakaian seragam
Paskibraka cukup sederhana. Putra dengan kemeja putih lengan panjang
yang bagian bawahnya dimasukkan ke dalam celana panjang putih dengan
ikat pinggang juga warna putih; Putri dengan kemeja lengan panjang
dengan bagian bawah model jas.
Tapi setelah tahun 1981 dan seterusnya sampai sekarang, dengan alasan
disamakan modelnya dengan seragam TNI dari kelompok 45, seragam
Paskibraka mengalami perubahan. Paskibraka putra menggunakan kemeja
model jas dengan gesper lebar dari kain, sementara Paskibraka putri
tidak berubah. Dengan tampilan baru ini, Paskibraka memang kehilangan
penampilan remajanya dan terlihat seperti orang dewasa.
Lambang Anggota
Lambang Anggota Paskibraka dikenakan di kelopak
bahu baju berupa kontur warna perak di atas bulatan putih yang
diletakkan pada segi empat berwarna hijau. Semula, pada kelopak bahu
seragam Penggerek Bendera dikenakan lambang dengan tanda ciri pemuda dan
Pramuka —karena kedua unsur inilah yang menjadi pendukung pasukan.
Lambang untuk pemuda berupa “bintang segilima besar” sedangkan untuk
Pramuka berupa “cikal kelapa kembar”.
Namun, karena adanya keritikan
negatif maka Idik Sulaeman merancang lambang anggota Paskibraka yang
baru, yang menggambarkan siapa sebenarnya Paskibraka itu.
Lambang
anggota Paskibraka adalah setangkai bunga teratai yang mulai mekar dan
dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk
bulat dan belah ketupat. Mata rantai bulat berjumlah 16, begitu pula
mata rantai belah ketupat.
Bunga teratai yang tumbuh dari lumpur
(tanah) dan berkembang di atas permukaan air bermakna bahwa Anggota
Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa), dari
tanah air yang sedang berkembang (mekar) dan membangun. Tiga helai
kelopak bunga tumbuh ke atas bermakna “belajar, bekerja dan berbakti”,
sedang tiga helai kelopak ke arah mendatar bermakna “aktif, disiplin dan
gembira”.
Mata rantai yang saling berkaitan melambangkan
persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di
berbagai pelosok (16 penjuru angin) tanah air. Rantai persaudaraan
tanpa memandang asal suku, agama, status sosial dan golongan akan
membentuk jalinan mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat,
sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat
ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan
yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka.
Lambang Korps
Sejak 1973 sampai sekarang, Lambang Korps Paskibraka
dibuat dari kain bergambar atau bordir yang langsung dijahitkan di
lengan kanan seragam. Bentuknya perisai berwarna hitam dengan garis
pinggir dan huruf berwarna kuning yang bertuliskan ”PASUKAN PENGIBAR
BENDERA PUSAKA” dan tahun pembentukan pasukan (di ujung bawah perisai).
Di
dalam perisai terdapat lingkaran bergambar sepasang anggota Paskibraka
dilatarbelakangi bendera merah putih yang berkibar ditiup angin dan tiga
garis horison atau awan. Makna dari bentuk dan gambar Lambang Korps
Paskibraka adalah sebagai berikut:
1) Bentuk perisai bermakna “siap bela negara” termasuk bangsa dan
tanah air Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
2) Sepasang anggota Paskibraka bermakna Paskibraka terdiri dari anggota putra dan anggota putri yang dengan keteguhan hati
3)
Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan
utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia
termasuk generasi mudanya, termasuk Paskibraka.
4) Garis horison atau awan tiga garis menunjukkan ada Paskibraka di tiga tingkat, yaitu nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
5) Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap anggota Paskibraka.
Untuk
mempersatukan korps, Paskibraka di tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps yang sama. Untuk tingkat
provinsi dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus ditambahi dengan tanda
lokasi terbentuknya pasukan.
Tanda Pengukuhan
Sebagai tanda berakhirnya Latihan Kepemimpinan
Pemuda Tingkat Perintis / Pemuka (sebagaimana juga berakhirnya Latihan
Kepemimpinan Pemuda / Kepemudaan tingkat lain) setiap peserta dikukuhkan
oleh Penanggungjawab Latihan dengan pengucapan ”Ikrar Putera Indonesia”
sambil memegang Sang Merah Putih dan kemudian menciumnya dengan menarik
nafas panjang sebagai “kiasan” kesediaan untuk senantiasa setia dan
membelanya.
Tanda pengukuhan berupa kendit atau pita/sabuk dibuat
dari kain. Kendit adalah tanda ksatria pada zaman dahulu yang
mengikrarkan kesetiaannya kepada kerajaan. Sebagai pemegang kendit, para
peserta latihan pun diharapkan memiliki sifat ksatria dalam pemikiran,
perkataan dan perbuatannya sehari-hari.
Awalnya, pada latihan untuk Pasukan pertama sampai keempat
(1968–1971) kendit Tanda Pengukuhan masih polos dengan dua warna,
masing-masing hijau untuk anggota pasukan dan ungu untuk para penatar /
pembina. Karena kendit warna polos menyerupai sabuk kecakapan olahraga
beladiri, maka oleh Idik Sulaeman disempurnakan menjadi kendit bermotif.
Motif
tersebut berupa gambar rantai bulat dan belah ketupat seperti pada
Lambang Anggota, dengan jumlah masing-masing 17 untuk rantai bulat dan
rantai belah ketupat. Setiap mata rantai bulat maupun belah ketupat
diisi dengan huruf yang membentuk kalimat ”PANDU INDONESIA
BER-PANCASILA”.
Semula, ukuran lebar dan panjang kendit adalah 5 cm
dan 17 cm, untuk melambangkan angka tanggal 17 (dari 17 Agustus 1945)
dan 5 (jumlah sila dalam Pancasila). Namun, karena kesulitan teknik
pencetakan motifnya, ukuran kendit baru dengan motif rantai dan huruf
diubah menjadi lebar 5 cm dan panjang 14 dm (140 cm).
Tanda
pengukuhan berupa lencana digunakan untuk pemakaian harian. Sebelum
1973, lencana ini hanya berupa merah putih —tanpa gambar garuda— dengan
ukuran tinggi 2 cm dan panjang 3 cm. Lencana yang dipakai sejak 1973
sampai saat ini berbentuk persegi berukuran tinggi 1,8 cm dan panjang 4
cm, dengan tanda merah-putih di sebelah kanan dan Garuda di sebelah kiri
(dilihat dari sisi pemakainya, bukan dari depan). Ukuran lencana untuk
Penatar (warna ungu) sedikit lebih kecil, yakni tinggi 1,5 cm dan
panjang 3,5 cm.
Warna dasar di belakang Garuda disesuaikan dengan jenis latihannya, atau dengan kata lain sama dengan warna dasar kenditnya.
[LIST]
• Warna hijau untuk Latihan Perintis/Pemula Pemuda
• Warna merah untuk Latihan Pemuka Pemuda
• Warna coklat untuk Latihan Penuntun Pemuda
• Warna kuning untuk Latihan Pendamping Pemuda
• Warna ungu untuk Latihan Penatar Kepemudaan
• Warna abu-abu untuk Latihan Penaya Kepemudaan
Kedua Tanda Pengukuhan, digunakan dengan ketentuan yang berbeda.
Lencana pengukuhan dikenakan pada baju setinggi dada sebelah kiri (di
atas saku kiri baju), baik pada seragam maupun baju biasa sehari-hari.
Sedangkan kendit, dililitkan ke pinggang dan disimpulmatikan dibagian
depan (perut) dan hanya dikenakan saat menghadiri upacara pengukuhan,
tidak untuk sehari-hari.