Rabu, 13 November 2013

Makna Lambang PPI dan Lambang Paskibraka

Lambang Purna Paskibraka Indonesia adalah setangkai Bunga Teratai yang mulai mekar dan dikelilingi oleh gelang rantai, yang mata rantainya berbetuk bulat dan belah ketupat berjumlah 16 ( enam belas ) mata rantai dan 16 (enam belas) belah ketupat yang melambangkan putra dan putri yang datang dari segala penjuru mata angin untuk bersama-sama belajar menjadi teladan. Bentuknya melingkar melambangkan kesempurnaan.

Teratai adalah bunga yang tumbuh di permukaan air, dimana bila permukaan air naik atau turun bunga teratai tetap diatas permukaan, makna filosofi yang diambil adalah seorang anggota Purna Paskibraka Indonesia harus tetap menjadi teladan bagi lingkungannya dimana ia hidup, diatas maupun ketika dibawah.

Bunga teratai berdaun 3 ( tiga ) helai tumbuh keatas dan 3 ( tiga ) helai mendatar bermakana: :
a. 3 ( tiga ) helai pertama : belajar, bekerja dan berbakti
b. 3 ( tiga ) helai kedua : aktif, disiplin dan gembira

Mata rantai berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia tanpa memandang asal suku, agama, status sosial dan golongan yang akan membentuk jalanan mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat. Sehingga mampu menangkal segala bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat Ketahanan Nasional melalui jiwa dan semangat Persatuan dan Kesatuan yang telah tertanam dalam setiap jiwa anggota Purna Paskibraka.

 

Lambang Korps Paskibra bercirikan dengan perisai berwarna hitam dengan garis pinggir dan huruf berwarna kuning PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA berisi gambar dengan bulatan pipih sepasang anggota Paskibra dilatar belakangi denga Bendera Merah Putih yang berkibar ditiup angin dan 3 ( tiga ) garis horizon atau awan.

Makna dari bentuk dan gambar :
1) Bentuk perisai bermakna “ Siap Membela Negara”, termasuk bangsa dan Tanah Air Indonesia, berwarna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
2) Sepasang anggota Paskibra bermakna, Paskibra terdiri dari angota putera dan puteri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk mengabdi dan berkarya bagi Pembangunan Indonesia.
3) Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera bendera kebangsaan dan utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia, diantarany a generasi muda, termasuk Paskibra.
4) Garis horizon atau awan 3 ( tiga ) garis menunjukkan adanya 3 ( tiga ) tingkatan dalam Paskibra, yaitu Calon askibra ( Capas ), Rakanta dan Rimata.
5) Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal prilaku dan sikap setiap anggota Paskibra.

Senin, 11 November 2013

Sejarah Paskibra Tangsel

Sejarah Perkembangan PASKIBRAKA

Beberapa hari menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI pertama, Presiden Soekarno memberi tugas kepada ajudannya, Mayor M. Husein Mutahar untuk mempersiapkan upacara peringatan Detik – detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1946, di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.
Saat itulah muncul gagasan dari Mutahar untuk membentuk kelompok-kelompok pengibar bendera pusaka, yang diawali oleh lima orang pemuda-pemudi pada tahun 1946 – yang melambangkan Pancasila.
Kemudian sejak tahun 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda utusan daerah dengan sebutan “Pasukan Penggerek Bendera Pusaka”. Baru pada tahun 1973 nama PASKIBRAKA lahir hasil dari pemikiran Idik Sulaeman yang merupakan tangan kanan Husein Mutahar. Bahkan Idik juga menciptakan seluruh atribut yang sampai sekarang dapat dilihat dalam seragam Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian seragam, Lambang Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka dan Tanda Pengukuhan.
Bentuk Seragam
Sebelum tahun 1981, bentuk pakaian seragam Paskibraka cukup sederhana. Putra dengan kemeja putih lengan panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke dalam celana panjang putih dengan ikat pinggang juga warna putih; Putri dengan kemeja lengan panjang dengan bagian bawah model jas.
Tapi setelah tahun 1981 dan seterusnya sampai sekarang, dengan alasan disamakan modelnya dengan seragam TNI dari kelompok 45, seragam Paskibraka mengalami perubahan. Paskibraka putra menggunakan kemeja model jas dengan gesper lebar dari kain, sementara Paskibraka putri tidak berubah. Dengan tampilan baru ini, Paskibraka memang kehilangan penampilan remajanya dan terlihat seperti orang dewasa.
Lambang Anggota
Lambang Anggota Paskibraka dikenakan di kelopak bahu baju berupa kontur warna perak di atas bulatan putih yang diletakkan pada segi empat berwarna hijau. Semula, pada kelopak bahu seragam Penggerek Bendera dikenakan lambang dengan tanda ciri pemuda dan Pramuka —karena kedua unsur inilah yang menjadi pendukung pasukan. Lambang untuk pemuda berupa “bintang segilima besar” sedangkan untuk Pramuka berupa “cikal kelapa kembar”.
Namun, karena adanya keritikan negatif maka Idik Sulaeman merancang lambang anggota Paskibraka yang baru, yang menggambarkan siapa sebenarnya Paskibraka itu.
Lambang anggota Paskibraka adalah setangkai bunga teratai yang mulai mekar dan dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat. Mata rantai bulat berjumlah 16, begitu pula mata rantai belah ketupat.
Bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas permukaan air bermakna bahwa Anggota Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa), dari tanah air yang sedang berkembang (mekar) dan membangun. Tiga helai kelopak bunga tumbuh ke atas bermakna “belajar, bekerja dan berbakti”, sedang tiga helai kelopak ke arah mendatar bermakna “aktif, disiplin dan gembira”.
Mata rantai yang saling berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok (16 penjuru angin) tanah air. Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku, agama, status sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat, sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka.
Lambang Korps
Sejak 1973 sampai sekarang, Lambang Korps Paskibraka dibuat dari kain bergambar atau bordir yang langsung dijahitkan di lengan kanan seragam. Bentuknya perisai berwarna hitam dengan garis pinggir dan huruf berwarna kuning yang bertuliskan ”PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA” dan tahun pembentukan pasukan (di ujung bawah perisai).
Di dalam perisai terdapat lingkaran bergambar sepasang anggota Paskibraka dilatarbelakangi bendera merah putih yang berkibar ditiup angin dan tiga garis horison atau awan. Makna dari bentuk dan gambar Lambang Korps Paskibraka adalah sebagai berikut:
1) Bentuk perisai bermakna “siap bela negara” termasuk bangsa dan tanah air Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
2) Sepasang anggota Paskibraka bermakna Paskibraka terdiri dari anggota putra dan anggota putri yang dengan keteguhan hati
3) Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya, termasuk Paskibraka.
4) Garis horison atau awan tiga garis menunjukkan ada Paskibraka di tiga tingkat, yaitu nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
5) Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap anggota Paskibraka.
Untuk mempersatukan korps, Paskibraka di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps yang sama. Untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus ditambahi dengan tanda lokasi terbentuknya pasukan.
Tanda Pengukuhan
Sebagai tanda berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Perintis / Pemuka (sebagaimana juga berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda / Kepemudaan tingkat lain) setiap peserta dikukuhkan oleh Penanggungjawab Latihan dengan pengucapan ”Ikrar Putera Indonesia” sambil memegang Sang Merah Putih dan kemudian menciumnya dengan menarik nafas panjang sebagai “kiasan” kesediaan untuk senantiasa setia dan membelanya.
Tanda pengukuhan berupa kendit atau pita/sabuk dibuat dari kain. Kendit adalah tanda ksatria pada zaman dahulu yang mengikrarkan kesetiaannya kepada kerajaan. Sebagai pemegang kendit, para peserta latihan pun diharapkan memiliki sifat ksatria dalam pemikiran, perkataan dan perbuatannya sehari-hari.
Awalnya, pada latihan untuk Pasukan pertama sampai keempat (1968–1971) kendit Tanda Pengukuhan masih polos dengan dua warna, masing-masing hijau untuk anggota pasukan dan ungu untuk para penatar / pembina. Karena kendit warna polos menyerupai sabuk kecakapan olahraga beladiri, maka oleh Idik Sulaeman disempurnakan menjadi kendit bermotif.
Motif tersebut berupa gambar rantai bulat dan belah ketupat seperti pada Lambang Anggota, dengan jumlah masing-masing 17 untuk rantai bulat dan rantai belah ketupat. Setiap mata rantai bulat maupun belah ketupat diisi dengan huruf yang membentuk kalimat ”PANDU INDONESIA BER-PANCASILA”.
Semula, ukuran lebar dan panjang kendit adalah 5 cm dan 17 cm, untuk melambangkan angka tanggal 17 (dari 17 Agustus 1945) dan 5 (jumlah sila dalam Pancasila). Namun, karena kesulitan teknik pencetakan motifnya, ukuran kendit baru dengan motif rantai dan huruf diubah menjadi lebar 5 cm dan panjang 14 dm (140 cm).
Tanda pengukuhan berupa lencana digunakan untuk pemakaian harian. Sebelum 1973, lencana ini hanya berupa merah putih —tanpa gambar garuda— dengan ukuran tinggi 2 cm dan panjang 3 cm. Lencana yang dipakai sejak 1973 sampai saat ini berbentuk persegi berukuran tinggi 1,8 cm dan panjang 4 cm, dengan tanda merah-putih di sebelah kanan dan Garuda di sebelah kiri (dilihat dari sisi pemakainya, bukan dari depan). Ukuran lencana untuk Penatar (warna ungu) sedikit lebih kecil, yakni tinggi 1,5 cm dan panjang 3,5 cm.
Warna dasar di belakang Garuda disesuaikan dengan jenis latihannya, atau dengan kata lain sama dengan warna dasar kenditnya.
[LIST]
• Warna hijau untuk Latihan Perintis/Pemula Pemuda
• Warna merah untuk Latihan Pemuka Pemuda
• Warna coklat untuk Latihan Penuntun Pemuda
• Warna kuning untuk Latihan Pendamping Pemuda
• Warna ungu untuk Latihan Penatar Kepemudaan
• Warna abu-abu untuk Latihan Penaya Kepemudaan
Kedua Tanda Pengukuhan, digunakan dengan ketentuan yang berbeda. Lencana pengukuhan dikenakan pada baju setinggi dada sebelah kiri (di atas saku kiri baju), baik pada seragam maupun baju biasa sehari-hari. Sedangkan kendit, dililitkan ke pinggang dan disimpulmatikan dibagian depan (perut) dan hanya dikenakan saat menghadiri upacara pengukuhan, tidak untuk sehari-hari.

STRAIGHT EDGE INDONESIA

Banyak yang salah kaprah tentang arti dari "HARDCORE" itu sendiri yang sering simpang siur dan dikaitkan dengan yang namanya "STRAIGHT EDGE", layaknya “Primitive of Human” akhir-akhir ini timbul lagi yang namanya "NEGATIVE HARDCORE" dan "POSITIVE HARDCORE" sehingga menjadi “GEP” bagi tingkat musikalitas yang harusnya berjalan bersama.
Apa sih “STRAIGHT EDGE”?? singkat saja, pada intinya istilah itu adalah dasar suatu metode yang diterapkan oleh para musisi di luar negeri untuk menjaga tubuh dari hal-hal yang berbau negatif, contoh : tidak merokok, tidak mabuk-mabukan, tidak free sex, tidak menggunakan zat psikotropika lainnya yang membahayakan tubuh, mengapa para musisi tersebut menyebutkan semboyan seperti itu? karena untuk melawan kebiasaan negatif dan mengembalikan image positif yang sebenarnya dari para musisi yang selalu identik dengan Drugs dan free sex. Setelah itulah mereka membuat genre dalam memberontak dengan keras hal yang berbau negatif, timbullah genre HARDCORE yang sekarang baru trend LAGI!!
Semboyan/istilah tersebut memang benar-benar dan sungguh-sungguh diterapkan oleh para musisi yang berkaitan tanpa menyimpang dan sudah menjadi pedoman hidup dari mereka.
Di Indonesia semboyan STRAIGHT EDGE sendiri terlihat sangat-sangat salah kaprah dan benar-benar disalah gunakan serta disalah artikan.
banyak musisi lokal kita yang menganggap dirinya STRAIGHT EDGE seolah-olah suci, tapi nyatanya semboyan atau bentuk ungkapannya tak sesuai dengan kenyataan, menggunakan coretan hitam ditangan mereka berlogokan huruf "X" tapi mereka tetap menghisap rokok yang mengandung racun nikotin, kemudian dibelakang perform mereka menenggak minuman keras bahkan ada yang sampai menggunakan zat psikotropika untuk menambah rasa percaya diri mereka (setahu gue sih Hardcore yang sesungguhnya itu cuek tanpa harus takut demam panggung).
dan ironisnya lagi, para musisi atau penikmat HARDCORE tanah air banyak yang tidak mengerti asal mula genre HARDCORE itu,sungguh kasihan..bermusik tanpa tahu dalam tentang genre yang mereka bawakan, hanya tahunya NEGATIVE itu musuhnya POSITIVE, hahahaha terbahak melihatnya..
Bermusik bukan untuk gontok-gontokan antara genre satu dengan yang lain, kalau kita tidak paham apa yang kita ributkan dan permasalahkan..musik untuk bersatu, musik yang menyatukan, hilangkan perbedaan!!!
demikian beberapa posting tulisan saya, mohon kritik serta tanggapan anda, kita saling mengisi kekurangan..thanks